BEBERAPA hari ini saya menemukan kendala dalam sebuah hubungan percintaan pada rekan serta sahabat saya. Dan itu mungkin juga dirasakan oleh sahabat sekalian.
Apakah itu?
Yup, dari judul artikel ini sudah terlihat tema yang akan kita bahas yaitu mengenai cinta beda agama.
Pada sesi artikel We Talking About atau kita akan membicarakan dan belajar tentang sesuatu fenomena yang terjadi pada kehidupan hubungan berpasangan yang sering terjadi di lingkungan kita.
Pada artikel ini saya ajak sahabat sekalian belajar bersama untuk menghadapi sebuah problema romansa yang terbilang cukup unik, dan dengan tujuan bukan untuk menghujat atau menyalahkan siapapun itu. Karena sebenarnya, kehidupan adalah guru terbaik untuk belajar lebih dewasa dan bijaksana, serta lebih mengerti arti dari sebuah cinta.
Mungkin juga bagi beberapa dari sahabat sekalian melihat pembahasan ini tabu untuk dibahas. Tetapi mari lebih bijak dalam menyikapi, dan open minded untuk sesuatu hal yang baru. Dengan begitu kita tidak membatasi fikiran kita untuk belajar menjadi lebih dewasa dari sebelumnya.
***
Pada problem kali ini saya mendapati berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan cinta beda agama. Pertanyaan tentang bagaimana solusinya, dan bagaimana menyikapinya. Jujur saya juga pernah merasakannya, dan itu pengalaman yang unik untuk saya. Saya lebih mengetahui sudut pandang satu dengan yang lainnya. Fikiran yang semula tertutup, menjadi lebih terbuka terhadap pembelajaran tentang suatu keyakinan.
Agama adalah prinsip pada hidup seseorang karena bertitik pada keyakinan, dan yang bertindak dalam urusan tersebut adalah hukum Tuhan. Manusia hanya melalui semua proses dan ketentuan yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Dan untuk solusi serta menyikapinya? Mari kita meresapi bersama tulisan dari kisah berikut ini. :)
***
Nahkoda
Cinta seperti halnya sebuah kapal yang berlayar di tengah lautan dan samudera, yang memiliki seorang Nahkoda yang memimpin dalam setiap petualangan pelayarannya. Seorang Nahkoda hebat tak pernah dibentuk karena tenangnya lautan, tetapi kerasnya gelombang ombak yang menghantam setiap sudut kapal.
Kapal yang kecil bukan suatu masalah bagi seorang Nahkoda. Tetapi keyakinan, kemampuan, serta mimpi yang menjulang tinggi ke langit biru menandai sang Nahkoda adalah calon pemimpin Bahtera yang meyakinkan.
Karena tenangnya lautan, Nahkoda selalu merindukan kencangnya hantaman ombak, dan derasnya badai yang hebat dalam setiap perjalanannya. Ya, Nahkoda selalu berpetualang dengan jiwa ksatrianya, bukan mundur secara pengecut hanya karena satu tetesan air hujan yang membasahi kelopak matanya.
Sebuah rintangan adalah tantangan bagi kepemimpinan Nahkoda. Hingga sang Nahkoda tersadar, bahwa dirinya adalah seorang pemimpin pada sebuah kapal yang harus terus melanjutkan pelayarannya hingga pada puncak pulau impian. Sang Nahkoda pun terdiam, dan melihat lautan luas yang berontak untuk menghancurkan kapal. Sesekali sang Nahkoda menengok kebelakang untuk melihat awak kapalnya terombang-ambing terbawa hebatnya badai yang menerjang kapal tersebut.
Baginya, inilah kesenangan sejati, petualangan penuh tantangan. Tetapi awak kapalnya satu per satu berguguran di lautan hingga menyisakan beberapa orang saja.
Apakah saya seorang pemimpin? Dalam hatinya bertanya.
Nahkoda berpetualang dan terus mencari rintangan dan berhasil menaklukannya. Tetapi saat sang Nahkoda berbalik di belakangnya ada banyak awak kapal yang selalu setia, berjuang mati-matian untuk mempertahankan impian sang Nahkoda jatuh dan mati berguguran.
Hujan, badai, dan gelombang tsunami pun tak jera untuk dihadapi. Tetapi apalah arti jika seorang pemimpin hanya mementingkan dirinya sendiri. Tanpa mereka, sang Nahkoda tak akan sanggup berlayar sampai sekarang, tanpa mereka sang Nahkoda tak akan sehebat ini, dan tanpa mereka semua impian mustahil untuk diwujudkan.
Hati adalah sentuhan magis yang harus dihargai, dihormati, dan dijaga sampai mati. Tetapi hati tidak dimiliki satu orang saja. Ada berbagai mata serta perasaan yang berjuang memberikan perasan darah dan keringat kepada sang Nahkoda. Hingga hati yang semula berdebar, menggebu untuk memulai dan mengajak terus untuk berlayar, akhirnya berkata,
Hai dengarlah, pemimpin yang berhati mulia tidak pernah mementingkan dirinya semata, tetapi melihat berbagai orang di belakangnya untuk dimuliakan juga.
Sejenak sang Nahkoda beranjak dari kemudi kapal untuk melihat lebih dekat awak kapal yang selalu ikut berjuang bersamanya. Terlihat hanya segelintir kecil awak kapal yang masih berdiri tegap di atas kapal, dan yang lain mati berguguran diterjang kerasnya lautan.
Dengan penuh jiwa kstaria dan dasar kepemimpinannya, sang Nahkoda menghampiri salah satu awak kapal dan menepuk pundaknya sambil berkata,
Mari menepi, kita cari pulau terdekat dan merasakan kebahagiaan atas pencapaian kita bersama-sama.
***
Dari kisah fiktif di atas saya mencoba untuk menggambarkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada saya. Mungkin dari sahabat sekalian akan menerima dengan jiwa besar, ataupun mengartikannya dengan persepsi yang Anda miliki sendiri.
Sekali lagi Anda tidak salah. Apapun itu, sebuah cinta adalah garis takdir yang bermuara dari hati. Apapun yang berasal dari hati, jawablah memakai hati pula. Jadilah pemimpin yang memulikan semua orang serta berbagai elemen yang ada dikehidupan Anda. Bijaklah, maka cinta akan terus membimbing Anda pada satu titik kebahagiaan yang sebenarnya. :)
Semoga artikel kali ini tentang cinta beda agama dapat bermanfaat untuk sahabat sekalian. Tetap cintai cinta, jangan pernah kapok untuk memberikannya kepada dunia.
Together learning from that love, to being the true lovers ;)
0 komentar:
Posting Komentar