SETIAP sudut kehidupan memberikan berbagai pandangan tentang apa itu ilmu, apa itu cinta, dan apa itu logika. Fikiran selalu saja memberikan dualisme perbedaan antara hati serta pemikiran tentang apa yang Anda lakukan, dan tentang apa yang Anda inginkan.
Fikiran selalu memberikan berbagai persepsi tentang ketakutan untuk ditinggalkan, gagal, dan sebuah ketidakpastian. Tetapi, hati selalu berseru paling keras untuk memberikan apa yang terbaik dalam diri Anda pada seluruh kehidupan ini. Ketulusan seakan hilang dari makna dasarnya, dengan berbagai logika yang menenggelamkan berbagai unsur kepedulian, kemanusiaan, serta kemurnian sebuah cinta yang sesungguhnya.
Logika-logika baru memanjakan seseorang untuk mementingakan dirinya sendiri, dan mengacuhkan cinta dengan sesamanya.
Cinta bukan hanya DIRI ANDA, cinta bukan hanya tentang DIA, atau cinta bukan hanya lingkungan hebat, dan intelektual yang Anda banggakan setiap harinya. Tetapi cinta yang sesungguhnya ada pada Tuhan Sang Pemberi Segalanya.
Manusia tetaplah memiliki sisi manusianya yang hanya mementingkan dirinya sendiri, mencari sebuah kebanggaan hidup untuk dipandang oleh sesama, atau hanya mengejar materi untuk sebuah rasa yang tidak utuh dan tak abadi lagi.
Munafik?
Persepsi Anda. Semua orang berhak untuk menghujat dan membenci sesuatu yang tidak sepaham oleh pemikirannya. Tetapi yakinlah, hati tak pernah membohongi seseorang untuk menjadi lebih baik dan membolak-balikkan kemunafikan untuk memenangkan logika yang hanya menjerumuskan seseorang dengan kepuasan diri.
Hati selalu berjalan sepaham, beriringan, dan memiliki tujuan yang sama, yaitu memberi, berbagi, dan bermanfaat.Apa itu memberi?
Satu kata dan tindakan paling ajaib yang pernah Tuhan Semesta Alam firmankan kepada manusia.
Memberi adalah tolok ukur tingkat kemuliaan hati manusia. Memberi adalah sifat Tuhan yang paling inti bagi seluruh kehidupan ini. Serta memberi adalah kepuasan paling abadi yang berasal dari hati nurani.Anda tak perlu setuju dengan suara hati dari tulisan ini. Serta Anda juga tak perlu berlomba-lomba berdebat untuk membuktikan logika mana yang paling membenarkan sebuah arti dari kata memberi. Sesekali waktu, menangkanlah suara hati Anda, memberi, memberi, dan memberi. Sisihkan seluruh ketulusan, waktu, dan jirih payah atas kebaikan hidup Anda untuk memberi suatu tempat yang paling abadi.
Memberi tidak akan membuat Anda jatuh payah, memberi tidak akan membuat Anda tersungkur, memberi tidak akan menguras energi, dan memberi tak akan membuat seseorang kekurangan. Raga, fikiran, dan hati nurani manusia adalah sebuah pemberian. Posisi Anda saat ini adalah sebuah tanggung jawab, dan harta benda Anda hanyalah sebuah titipan.
Memberi adalah sebuah keajaiban nyata dari sebuah ketulusan. Memberi akan menenangkan setiap hati manusia. Dan memberi akan menumbuhkan cinta paling suci dalam kehidupan Anda. Serta yang paling inti, memberi akan menuntun Anda pada cinta sesungguhnya yang ada di dunia.
Tidak semua orang sanggup untuk memberi, tetapi hampir semua berlomba-lomba untuk meminta. Memberi tidak memandang seberapa hebat posisi Anda saat ini, dan memberi tak mengenal kasta ataupun menurunkan wibawa. Bahkan memberi, memberikan ketulusan dari kebesaran sifat Tuhan yang selalu dengan tulus memanjakan manusia apapun persepsi tentangnya. tak peduli baik, buruk, ataupun menganggap Dia ada.
Kesenangan sebuah pencapaian terkadang juga menjadi sebuah ujian. Tujuan yang Anda kejar selama bertahun-tahun, dan akhirnya Anda agung-agungkan setiap saat membuat seseorang lupa akan arti sebuah cinta dan keajaiban dari tindakan memberi.
Mungkin lingkungan menghujat, mencaci, atau bahkan menyisihkan seseorang karena keterbatasannya dan tetap saja memenangkan hati nurani untuk selalu memberi. Logika selalu saja begitu, memenangkan duniawi, dan meniggalkan skenario asal muasal manusia diciptakan sebagai maklhuk sosial.
Kehidupan bagaikan sebuah kertas, dan manusia adalah sebuah pena. Anda bebas menuliskan apapun di dalamnya. Baik itu goresan, gambaran, ataupun sebuah kalimat. Tak terbatas oleh apapun yang ada di depan Anda. Bahkan, saat Anda merasa tinta dari pena untuk meneruskan cerita Anda anggap habis, sebenarnya tinta itu abadi adanya.
Hati adalah segala unsur keabadian yang sudah diciptakan, dan logika sebuah keterbatasan untuk menemukan sebuah keabadian.Berharaplah untuk memberi, berbagi, dan bermanfaat sesuai kata hati. Bukan hanya untuk kepuasan diri yang hanya menghalangi Anda untuk peduli. Fikiran diciptakan untuk selalu belajar tentang sesuatu, dan bukan untuk membatasi. Saya, Anda, mereka, dan semuanya adalah sama. Walaupun kebenaran memiliki perbedaan makna atas masing-masing logika, tetapi kebaikan selalu sama. Ada dalam hati, dan untuk memberi cinta yang terbaik kepada dunia.
Tidak perlu menunggu untuk besuk, lusa, tahun depan, tua, muda, biasa ataupun kaya. Semua manusia memiliki cinta di dalam hatinya. Biarkan cinta itu mengalir semestinya. Cinta tak akan ada jika manusia tidak pernah mau tahu akan keajaiban dalam memberi. Utung ataupun rugi bukan tolok ukurnya. Tetapi, keajaiban memberi akan membuat hidup manusia lebih tenang dari siapun yang hanya mengejar pencapaian yang tak memiliki ujungnya.
Sekaranglah saatnya, dan rasakan keajaiban dalam hati Anda :)
0 komentar:
Posting Komentar