BEBERAPA waktu
yang lalu, saya mendapati sebuah pertanyaan dari seorang sahabat. Pada sebuah
sesi perbincangan yang semula terjadi begitu hangat, tiba-tiba Argumen demi Argumen
dari ke-dua belah pihak yang saling bertentangan, bersikukuh untuk memenangkan
Argumen masing-masing.
Dengan nafas
yang masih tersengal-sengal dan nada yang tinggi karena masih tersulut emosi. Sahabat saya bertanya dengan pertanyaan yang poinnya:
“SIAPAKAH YANG
PALING BENAR DIANTARA ARGUMEN KAMI!”
Sedikit
tertawa kecut saya mendengar pertanyaan tersebut, hal paling bodoh tetapi juga
sering dilakukan oleh orang-orang yang mengatasnamakan kaum intelektual atau
yang ingin dianggap paling pintar.
Manusiawi bagi
seseorang yang ingin memenangkan Argumen dan menjunjung tinggi kebenaran dari
perpsepsinya masing-masing. Tetapi sangat tidak manusiawi juga hanya karena
ingin memenangkan Argumen kebenaran dari hasil pemikirannya harus berakhir
dengan permusuhan atau bahkan peperangan.
Keras Kepala dengan kebenaran sangat jauh berbeda!
Mulai saat itu
juga dengan TEGAS saya menjawab pertanyaan yang syarat dengan EGO PRIBADI
tersebut dengan kata PECUNDANG!
POINNYA,
Semua orang
memiliki sebuah titik kebenaran dari masing-masing pemikiran yang dilatar
belakangi oleh pengalaman kehidupan sehingga menjadi pembelajaran, dan akhirnya
tersimpan dalam sistem otak masing-masing personal untuk menghasilkan sebuah
pemikiran. Dan hampir semua kebenaran tersebut berbeda-beda.
Lalu apa yang
harus dilakukan jika kebenaran adalah sesuatu yang berbeda, dan bagaimana
menunjukkan kebenaran tersebut pada orang lain bahwa hasil pemikiran kita
adalah benar adanya?
TIDAK PERLU
DITUNJUKKAN! BENAR ADALAH BENAR, HIDUP BUKAN ALGORITMA ATAU RUMUS HITUNG
MATEMATIKA. TIDAK ADA YANG BENAR DAN SALAH. JIKA ANDA ANGGAP ITU SEBUAH
KEBENARAN, SIMPANLAH DALAM HATI ANDA, BUKAN DIPERDEBATKAN. TETAPI BERTINDAKLAH
DENGAN KEBAIKAN UNTUK MENUNJUKKAN.
Seorang pecundang selalu sibuk mencari alasan untuk membenarkan dirinya sendiri, tetapi seorang pemenang selalu berjalan sesuai hati dan bertindak untuk mencari sebuah solusi.
Kenapa begitu?
Kebenaran
adalah hasil dari buah pemikiran, dan pengalaman. Tetapi kebaikan, suara hati
yang merdu untuk didengarkan. Semua orang memiliki kebenarannya, termasuk saya,
Anda, dan siapapun juga. Tetapi kebaikan selalu berjalan beriringan tak pernah
menyakiti, dan pasti berujung pada solusi.
Jika ada cara
untuk mencari sebuah solusi, kenapa harus berdebat dan berperang untuk mencari
sebuah kebenaran. Sudah saatnya manusia kembali ke ERA “HEART LIGHT” Cahaya
Hati yang selalu membimbing setiap manusia untuk menuju kebaikan hidup yang
sebenarnya, bukan kemenangan sesaat layaknya sebuah fatamorgana.
Semua orang
saling serang dengan mengatasnamakan kebenaran, bahkan tak ragu-ragu untuk
membinasakan hak-hak orang lain untuk memenangkannya.
Apa itu arti
dari sebuah KEBENARAN?
Benar bukanlah
melakukan tindakan bodoh untuk mempermalukan diri sendiri. Benar bukanlah
mementingkan ego pribadi. Benar bukanlah siapa yang menang atau kalah, ataupun
benar dan salah. Semua itu tindakan para pecundang yang tak berani melihat ke
dasar hati mereka sendiri dan mendengarkan suara hati yang selalu haus untuk
berbuat “KEBAIKAN” pada setiap unsur kehidupan.
Jika seseorang
berorientasi pada sebuah kebaikan, hidup akan selalu beriringan karena kebaikan
adalah sama, tak pernah ada perbedaan apapun latar belakang Anda. Kebenaran
adalah inti dari hasil pemikiran dari semua pembelajaran, sehingga setiap
manusia memiliki tujuan hidupnya masing-masing. Jika benar menurut Anda,
percayai, dan jadikan motivasi hidup Anda untuk menjadikannya puncak impian
yang akan Anda perjuangkan.
Masih berpikir untuk berdebat?
Bertindaklah
dengan kebaikan apapun sudut pandang Anda tentang dunia ini. Terus, dan terus
lakukan dengan tujuan kebaikan hidup. Bukanlah hal yang tidak mungkin dunia ini
akan menjadi damai, berjalan beriringan, saling menopang, dan hidup penuh cinta
kasih.
Kebaikan adalah salah satu unsur dari sebuah cinta, mendamaikan, dan membuat hidup jauh lebih bermakna.
Rasakan dalam
hati Anda :)
0 komentar:
Posting Komentar